Popular Post

Posted by : 7to8 Kamis, 23 November 2017

Alhamdulillah. Puji syukur pada Tuhan Yang Maha Kuasa. Akhirnya bisa membuka blog ini lagi, setelah sekian lama mati suri.
Masih dalam konteks yang sama, yaitu berbagi tulisan, pengalaman bisnis dan beberapa software terkait, pada kesempatan kali ini saya ingin berbagi pengalaman bisnis saja.
Setelah berkelana di sana sini, ikut orang, diberikepercayaan pemilik modal, ngelamar pekerjaan, akhirnya saya menemukan titik point seharusnya. Mungkin inilah titik balik, yang banyak diasumsikan oleh kerabat dan teman-teman dekat saya, sebagai jalan yang terbaik.
Setelah aktif menjadi tenaga pengajar selama 8 tahun, 10 bulan bermain lumpur di salah satu bengkel motor resmi, setahun menggadaikan peruntungan bisnis investasi, dan 4 bulan menganggur (sambil melayani order antar jemput ketintang-bandara juanda, dulu belum ada grab atau yang sejenis) akhirnya saya harus mengajukan pinjaman dengan agunan satu-satunya mobil hitam –masih lumayan bagus- yang saya miliki. 30 juta besarnya. 17 juta langsung amblas untuk investasi (lagi) berwujud perhiasan emas, dan sisanya 13 juta, nekat membeli mesin foto copy, printer dan pernak-perniknya.
Bisnis foto copy dan percetakan kecil-kecilan. Itu lah pilihan saya.

Dengan dana sebesar itu, saya bertekad untuk tidak lagi ‘tertipu’, ‘terlena’ dan ‘terikat’ oleh buaian untung sesaat. Langkah-langkah yang saya tempuh adalah :
1.       Mencari mesin foto copy dengan harga sesuai budget, yang murah, dan bandel (googling sana-sini)
2.       Menemui penjual mesin foto copy online untuk sharing
3.       Mempelajari cara kerja mesin foto copy, dengan mempertimbangkan aspek operasional dan teknis
Akhirnya pilihan saya jatuh pada mesin foto copy KONICA MINOLTA BIZHUB 250, dengan harga 7.500.000. sebenarnya pilihan tersebut tidak didasarkan pada kondisi mesin rekkondisi yang ada, tetapi lebih didasarkan pada pribadi penjual. Saya tertarik dengannya karena dia bersedia membagi ilmu usaha foto copy, utamanya pada aspek teknis, karena saya sebelumnya sama sekali tidak mengetahui mesin foto copy dari sisi teknis.
Cukup 3 hari bagi saya untuk menghabiskan sisa dana modal, yaitu dengan membeli printer EPSON T1100 modifikasi artpaper ink (4.500.000), paper trim, mesin potong kertas 1 rim bekas (1.500.000), stapler beserta pernak perniknya (200.000), dan modal utama, kertas berbagai macam dan ukuran (300.000). Lokasi masih nebeng dengan beberapa kesepakatan dan transaksi non rupiah.
Target saya tidak muluk-muluk, cukup profit 1,5 jt per bulan (UMK surabaya waktu itu sudah tembus 2jt/bulan). Bismillah, usaha jalan.
16 Mei 2014 adalah awal usaha foto copy, usaha yang benar-benar murni saya yang punya, walaupun modalnya didapat dari pinjaman.
-          Minggu pertama tidaklah semanis yang dibayangkan. Pengeluaran pasti untuk transpor dari rumah ke lokasi usaha (jaraknya 20 km) tidak berbanding dengan pemasukan (kurang dari 20rb per hari).
-          Minggu kedua masih pesimis, hingga muncul pertimbangan untuk membuka usaha lainnya.
-          Minggu ketiga dan keempat. Intinya sama.
-          Bulan pertama pendapatan bersih hanya 600rb.
Menginjak bulan kedua, ada beberapa terobosan yang saya lakukan. Menghubungi teman-teman sekolah, kampus dan lainnya, antar jemput order, membuka jasa pembuatan apa saja.
Alhamdulillah, ternyata Allah memang Maha Kaya. Terobosan terakhir lah yang akhirnya jalan sampai sekarang. Bila pada awal saya hanya mendapatkan nett 40 rupiah dari selembar kertas HVS A4 70 gsm, akhirnya dengan terobosan yang saya lakukan, sekarang saya (sekali lagi, alhamdulillah) mendapatkan nett 1.000 – 2.000.
Terngiang dulu banyak yang menyepelekan saya sebagai orang yang ditakdirkan hanya mampu berpenghasilan nett 6 digit perbulan, sekarang alhamdulillah rata-rata nett dalam 2 tahun terakhir 8 digit banyaknya.
Pada prinsipnya, bila kita memutuskan untuk membuka usaha, apapun usahanya, apapun mesin atau peralatan yang kita punya, semuanya tergantung pada diri kita, seberapa jauh terobosan yang kita buat, seberapa tekun kita melayani usaha kita sendiri dan seberapa cerdas kita memanfaatkan apa yang kita punya, itulah yang akan kita dapatkan hasilnya. Dan tentunya, jangan lupa, waktu antara maghrib dan isya’, kita fokuskan untuk beribadah, membaca al-waqi’ah 3x, insya’ Allah berkah hasilnya.
Kini tepat 3,5 tahun berjalan, saya bisa mulai menggarap proyek ketok gubuk, yang kata orang, bila gubuk itu dibangun di surabaya bisa bernilai miliaran, tapi saya hanya tersenyum. Biarlah gubuk itu nantinya menjadi peneduh bagi keluarga saya dan bagi mereka yang membutuhkan tempat teduh, sekaligus sebagai pengenang atau nostalgia bahwa untuk mendapatkan nett / profil 8 digit sebulan sudah pernah saya rasakan.
Kerabat dan teman-teman dekat saya bahkan sampai sekarang masih belum percaya dengan hasil yang saya dapatkan. Hanya istri saya yang tahu, ibu saya juga tahu, sayangnya, anak saya masih kecil, jadi dia belum tahu apa-apa. Hehe.
Semoga menginspirasi.

{ 2 komentar... read them below or Comment }

- Copyright © Seven to Eight - Date A Live - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -