Popular Post

Posted by : 7to8 Rabu, 28 Mei 2014

Bila pada tulisan sebelumnya saya memaparkan kisah teman lama saya yang tersia-siakan di sebuah lembaga pendidikan, kali ini saya mencoba share buku yang menjabarkan filsafat manusia dalam pendidikan. Kiranya ada keterkaitan antara tersia-siakan dengan sikap tidak memanusiakan, padahal kita sebenarnya telah diajarkan secara lebih mendalam tentang konsep kemanusiaan yang adil dan beradab dalam Pancasila.
Sekolah Manusia. Dari judulnya saja saya sudah melihat kontradiksi, yaitu adanya kata Sekolah dan Manusia sebagai kata majemuk. Karena bagaimanapun juga arti kata sekolah selalu melekat pada diri manusia, dan bukan pada selain manusia. Mana mungkin kita menemukan Sekolah Kucing, Sekolah Gajah, Sekolah Kelinci, yang ada kita menemukan kata Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas tanpa ada peruntukannya. Jika pemilihan kata di atas bermakna majas, maka penggunaannya terkesan arogan karena menganggap sekolah-sekolah selama ini tidak manusiawi, sehingga harus dimunculkan paradigma sekolah manusia yang hanya penulisnya yang tahu.
Bagi anda yang menginginkan buku ini silahkan download di sini. Dalam buku yang anda download, anda akan menemukan berbagai penghargaan, penghormatan dan pengistimewaan siswa dalam dunia pendidikan. Dan sayangnya hal ini tidak berimbang pada penghargaan, penghormatan dan pengistimewaan tenaga pengajarnya. Dengan kata lain, siswa jauh lebih berharga, jauh lebih terhormat, dan jauh lebih istimewa daripada gurunya. Kok bisa?


Menurut Munif Chatib demikian. Ditilik dari strategi Multiple Intelligence System (MIS) yang dijunjung tinggi oleh konsultan pendidikan yang satu ini, siswa sangat disentralkan sebagai manusia teristimewa sedangkan guru hanyalah manusia biasa yang diusahakan untuk mampu beradaptasi dengan manusia teristimewa bernama siswa. Menurut saya, beberapa bagian dalam buku ini tidak sejalan dengan konsep pendidikan Islam yang selama ini saya pelajari, yaitu sebuah konsep yang memuliakan ilmu.Dalam al-Qur'an (An-Nahl:43) disebutkan :  "Dan tanyakan kepada ahli dzikir (seorang guru) jika kamu tidak mengetahui". Kemudian menurut Imam Syafi'i seseorang tidak akan mendapatkan ilmu melainkan dengan (memperhatikan) enam hal, yaitu : [1] harus memiliki kecerdasan, [2] memiliki semangat, [3] bersungguh-sungguh, [4] membutuhkan biaya/materi, [5] mendapat bimbingan guru (ustadz), dan [6] membutuhkan waktu yang panjang.
Apa yang akan terjadi bila kajian mendalam Munif Chatib sebagaimana termaktub dalam bukunya Sekolah Manusia diterapkan di lembaga pendidikan? Mungkin pada awalnya akan baik, tetapi akan timbul karakter seenak sendiri, arogan, egois, tidak menghargai orang lain pada diri siswa, karena kebiasaan mereka yang selalu menerima apa yang mereka mau, kebiasaan mereka diistimewakan oleh guru dan kebiasaan mereka menangani hal yang mereka anggap sulit. 
Ini hanyalah sebuah tanggapan sementara, tahun depan insya' Allah akan lahir buku yang menjelaskan beberapa konsep yang lebih ilmiah, yang lebih menghargai, dan yang lebih kontekstual lebih dari apa yang disajikan dalam buku ini (karena masih membutuhkan penelitian dan pengkajian lebih lanjut menjawab pertanyaan hebat yang dilayangkan Munif Chatib) dengan judul : Adakah Sekolah (bukan) Manusia?
Jadi, hemat saya, apapun konsep yang kita tawarkan pada dunia pendidikan, jangan lupakan bahwa jika kita menjadi seorang murid, kita harus hormat terlebih dahulu pada siapa yang akan mengajari kita, karena sikap demikian akan menjadikan ilmu yang kita dapat nantinya menjadi lebih barokah di dunia dan akhirat, amieen.

{ 1 komentar... read them below or add one }

  1. sangat bagus , bekal bagi pendidik untuk menjadi guru yang luar biasa

    BalasHapus

- Copyright © Seven to Eight - Date A Live - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -